31 Oktober 2007

Metode Mengajar Menurut Ibn Khaldun

Oleh: Riwayat

(Mhs. Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang)

Mengajar erat kaitannya dengan metode, kaitan tersebut berhubungan dengan cara menyampaikan pelajaran atau materi pada saat seorang guru mengajar. Guru yang mengajartanpa mengunakan metode maka hasil dari pembelajaran diragukan keberhasilannya. Maka metode berakitanatau menentukan hasil sebuah pembelajaran. Ibnu Khaldun sebagai seorang pemikir pendidikan memberi perhatian yang cukup besar terhadap keberlangsungan dan kualitas pembelajaran.

Ibnu Khaldun menganjurkan kepada para guru/ pendidik dalam pembelajaran sebagai berikut:

1. menganjurkan kepada para pendidik mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan metode yang baik dan mengetahui manfaat yang digunakannya.

2. tidak mengajardengan sikap yang kasar dan kata-kata kotor/kata-kata tidak pantasa/makian.

3. pendidik hendaknya bersikap sopan dan bijak terhadap muridnya.[1]

Ibnu Khaldun menyatakan pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat yang baik, seperti sifat lemah lembut, menjadi uswatun hasanah, memperhatikan keragaman anak didiknya, mengisi waktu luang dengan perbuatan yang bermanfaat, selalu meningkatkan profesionalitas dan wawasan yang luas.[2]

Kutipan di atas makin memperkuat anggapan bahwa Ibnu Khaldun adalah ahli dalam pendidikan. Alasan ini berdasarkan pemahaman dari pemikiran Ibnu Khaldun yang berhubungan dengan karakteristik seorang pendidik. Dalam pembelajaran guru hendaknya tidak memberikan materi yang sulit terlebih dahulu dari ilmu yang dipelajari peserta didik. Apapun dalih dan alasannya hal tersebut tidak memberi manfaat bagi siswa. Mungkin dengan alasan agar siswa memeras otak dan memecahkan masalah-masalah itu. Menurut Ibnu Khaldun memberi pelajaran awal dengan sesuatu yang sulit akan menjadikan siswa bingung.[3]

Dari kutipan di atas menggambarkan ketajaman dan kedalaman Ibnu Khaldun terhadap perkembangan anak didik. Anak didik tidak akan mampu menerima hal-hala yang sulit selama belum ada latihan dan dasar ilmu yang mendukung. Tetapi apabila anak didik sudah dilatih dan diberi konsep ilmu tersebut secara terus menerus dan terlatih maka pelajaran yang sulit bukan merupakan hambatan bagi peserta didik, di sisi lain, siswa tidak akan bosan.

Demikian juga dalam mengajarkan ilmu kepada siswa hendaknya dilakukan dengan berangsur-angsur. Ibu Khaldun mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang diberikan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah.[4]

Ibnu Khaldun meyakini bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dilakukan bertahap-tahap, perlahan-lahan, langkah demi langkah. Dengan adanya pentahapan akan memberi kesempatan kepada otak anak didik untuk berfikir dan menyimpan informasi yang mereka peroleh dari pendidiknya, di sisi lain, dalam otak siswa akan terjalin semacam endapan memori pengetahuan yang tersusun secara teratur, dan pada akhirnya akan membentuk suatu pengetahuan yang utuh. Keutuhan pengetahuan tersebut di dapatkan siswa dari pembelajaran yang bertahap dan berangsur-angsur yang diterimanya. Ilmu pengetahuan yang berangsur-angsur tersebut membentuk sebuah kerangka bangunan yang utuh, yang pada akhirnya menjadi bangunan ilmu yang lengkap.

Menurut Ibnu Khaldun dalam pembelajaran ada hal penting yang perlu menjadi perhatian guru yaitu:

1. guru hendaknya mengajarkan hal-hal pokokpada setiap cabang pembahasan yang dipelajarinya.

2. keternagan-keterangan yang diberikan hendaknya bersifat umum dan menyeluruh.

3. guru hendaknya memperhatikan kemampuan akal siswa.

4. guru hendaknya memperhatikan kesiapan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan.

5. apabila siswa sudah memahami pelajaran pokok dan cabang-cabangnya, guru hendaknya melanjutkan pengajaran kepada tingkat yang lebih tinggi.

6. guru hendaknya tidak merasa puas dengan pembahasan yang bersifat umum.

7. setelah cara pembahasan bersifat umum dianggap sukses guru hendaknya memperluas pembahasan lebih dalam dan membahas segi-segi yang menjadi pertentangan dan pandangan-pandangan yang berbeda terhadap persoalan-persoalan yang dibahas hingga tuntas dan menyeluruh, sehingga keahlian siswa dapat tercapai sempurna.[5]

Kutipan di atas, memberi gambaran bahwa pendidik diharapkan mengetahui psikologi pembelajaran dan psikologi perkembangan anak. Pengetahuan dan pemahaman terhadap psikologi perkembangan anak dan psikologi pembelajaran menjadi sebuah kewajiban dan keharusan bagi para pendidik. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa guru tidak dapat mendidik, mengajar, serta menerapkan metode yang tepat tanpa bantuan pengetahuan pendukung yaitu psikologi pengajaran dan psikologi perkembangan anak.

Menurut Ibnu Khaldun mendidik anak dengan kekerasan akan membahayakan anak didik, hal-hal yang membahayakan tersebut adalah sebagai berikut:

1. kekerasan akan disimpan/ diambil oleh siswa menjadi sebuah kepribadiannya.

2. mencegah perkembangan anak didik.

3. kekerasan akan menimbulkan kemalasan, kecurangan, penipuan dan kelicikan.

4. siswa menjadi penakut.

5. kepribadian siswa menjadi terpecah/tidak satunya kata dan perbuatan.

6. mengajar dengan kekerasan akan menjadsi rujukan kepribadian anak, anak akan mengambil sikap keras tersebutsebgai bagian dari kepribadiannya yang permanen.

7. pembelajaran dengan kekerasan akan merusak sifat kemanusiaan dan sikap perwira.

8. siswa yang terbiasa dididik dengan kekerasan akan malas membentuk dirinya dengan sifat keutamaan dan keluhuran moral.

9. siswa akan cenderung rendah diri atau tidak pecaya diri.

10. siswa cenderung berakhlak buruk.[6]

Kekerasan dalam dunia pendidikan berakibat fatal bagi peserta didik, pemahaman ini berdasarkan pendapat Ibnu Khaldun di atas. Tidak dapat dipungkiri peserta didik adalah manusia merdeka, manusia membutuhkan kasih sayang, peserta didik adalah manusia dan ingin dianggap dan diperlakukan selayaknya manusia. Pembelajaran dengan kekerasan hanya akan meninggalkan jiwa-jiwa yang terjajah, jiwa-jiwa yang memendam dendam dan bara perlawanan. Mungkin suatu saat nanti jiwa-jiwa yang terjajah tersebut juga kan menjajah orang lain yang dianggapnya lemah dan berada di bawah kekussaannya.

Pembelajaran dengan kekerasan hendaknya dihapuskan dalam dunia pendidikan. Penghapusan kekerasan dalam pendidikan hendaknya menjadi bagian dari keinginan untuk memajukan pendidikan,peningkatkan akhlak dan moral anak didik.



[1] Ibid.,h.26

[2]

Ibid., h.28

[3] Op. Cit., h. 147

[4] Ibid.,

[5] Ibid., h.148-149

[6] Ibid., h.150

Komentar :

ada 0 komentar ke “Metode Mengajar Menurut Ibn Khaldun”

Reader Community

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra