Mati untuk hidup
Oleh : Riwayat
Banyak orang ingin hidupseratus tahun bahkanseribu tahun kalau mungkin, mereka berusaha bagaimana agar dapat memperlambat keliang kubur, namun semua hanya mimpi di siang yang kabur, harapannya hancur seperti beras dijadikan bubur.
Manusia hidup dalam baying-bayang kematian, tetapi banyak manusiamerasa tidak
Kalau posisi kita seperti itu, maka kematian kita adalah untuk hidup, bukan mati untuk mati. Sebaliknya ada orang yang hidup tetapi untuk mati, hidupnya hanya untuk dirinya, perilakunya jahat, bakhil, curang, penghianat, penipu, suka membuat onar, hidup semaunya sendiri, maka kalau ini terjadi pada diri kita, maka sebenarnya kita mati untuk mati bukan mati untuk hidup.
Allah mengatakan bahwa orang yang baik, orang yang soleh,beriman, berjihad di jalan Allah pada hakekatnya mereka tidakmati, tetapi mereka adalah hidup. Hidup dalam pengertian ini dapatdibagi menjadi dua, pertama hidup namanya di dunia ini semua orang mengenangnya sebagai manusia yang baik, beriman, berakhlak yang mulai, kedua mereka hidup di di alam lain, yaitu alam akherat, sebagaimana janji Allah untuk mereka yang mati di jalan Allah. Orang yang mati karena berjuang di jalan Allah ia akan hidup di alam lain yaitu alam akherat, alam di luar jagad ini. Kalaupun selama ini banyak orang menganggap bahwa mati berjuang di Jalan Allah adalah sebuah kematian maka hal itu adalah anggapan yang bertolak belakang dengan firman Allah,“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(Ali Imran:169-170).
Ayat di atas secara tegas membantah perkiraansebagian manusia bahwa orang yang berjihad di jalan Allah mati. Kenyataan ini membktikan bahwa sebenarnya kejiwaan seseorang yang merasa takut akan mati membimbing pola piker dan perasaannya kepada prasangka yang tidak berdasar. Hal ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa kematiandi jalan Allah bukianlah kematian sesungguhnya, bahkan ia adalah sebuah peralihan kehidupan yang lebih baik. Kalau kesadaran hati seperti ini tercipta dan terpatri dalam jiwa maka tidaka ada rasa ragu untuk berkorban di jalan Allah. Tidak ada rasa pelit untuk menginfakkan harta benda, tidak ada rasa malas untuk beribadah. Sebaliknya orang yang masih ragu terhadap kehidupansetelah matai, atau orang yang berprasanfgka bahwa mati di jalan Allah mataisesungguhnya, maka sikap dan kejiwaannya secara sprirtual terganggu, dan pada sisi lain, kematangan pada aspek religi makin menjauh dari kehidupannya. Dan pada akhirnya ia akan terjebak kepada cinta dunai dan takut mati.
Komentar :
Posting Komentar