28 Oktober 2007

Mati untuk hidup

Mati untuk hidup

Oleh : Riwayat

Ada orang menganggap bahwa kematian akan memupus harapan orang untuk hidup. Statemen ini pada satu sisi ada benarnya,karena pada dasarnya kematianlah yang akan memangkas harapan manusia di dunia ini, semua keinginan yang bersifat duniawi akan terhenti, cita-citanya pupus, harapannya punah. Setelah ia masuk dalam tanah, tubuhnya dimakan cacing dan belatung. Cita-citanya tergantung, harapannya untuk hidup di dunia lebih lama telah tiada, semua sirna, seperti nyala api yangmakinredup karena habis minyaknya, dan pad akhirnya padam dan gelap tiada cahaya. Kematian menengelamkan impian semua orang, tidak seorang pun mampu menolong, menangkal akan kematian seseorang.

Banyak orang ingin hidupseratus tahun bahkanseribu tahun kalau mungkin, mereka berusaha bagaimana agar dapat memperlambat keliang kubur, namun semua hanya mimpi di siang yang kabur, harapannya hancur seperti beras dijadikan bubur.

Manusia hidup dalam baying-bayang kematian, tetapi banyak manusiamerasa tidak kan matai, manusia merasa akan hidup selamanya dan tidak pernah merasa mati mengintainya setiap saat setiap waktu, di mana, kapan dan dalam keadaan bagaimana pun. Banyak manusia menganggap hidupadalah untuk hidup, tidak pernah berfikir bahwa hidup di dunia ada batas ada masa tertentu, setelah masa itu tiba, maka semua menjadi sirna, ketika batas itu melintas, maka semua akan terpangkas, yang tingggal mungkin hanyasebuah memori bagi keluarga, tetangga, masyarakat sekitar, atau masayarakat di desa kita, kecamatan, kabupaten, propinsi, atau bahkan bangsa ini yang akan mengingat kita. Apakah mengingat kita sebagai yang terkenal baik, sopan, dermawan, soleh, alim, bijaksana, adil dan label kebaikan lainnya, intinya kita jadi manusia yang baik hadapan manusia dan baik di hadapan Allah.

Kalau posisi kita seperti itu, maka kematian kita adalah untuk hidup, bukan mati untuk mati. Sebaliknya ada orang yang hidup tetapi untuk mati, hidupnya hanya untuk dirinya, perilakunya jahat, bakhil, curang, penghianat, penipu, suka membuat onar, hidup semaunya sendiri, maka kalau ini terjadi pada diri kita, maka sebenarnya kita mati untuk mati bukan mati untuk hidup.

Allah mengatakan bahwa orang yang baik, orang yang soleh,beriman, berjihad di jalan Allah pada hakekatnya mereka tidakmati, tetapi mereka adalah hidup. Hidup dalam pengertian ini dapatdibagi menjadi dua, pertama hidup namanya di dunia ini semua orang mengenangnya sebagai manusia yang baik, beriman, berakhlak yang mulai, kedua mereka hidup di di alam lain, yaitu alam akherat, sebagaimana janji Allah untuk mereka yang mati di jalan Allah. Orang yang mati karena berjuang di jalan Allah ia akan hidup di alam lain yaitu alam akherat, alam di luar jagad ini. Kalaupun selama ini banyak orang menganggap bahwa mati berjuang di Jalan Allah adalah sebuah kematian maka hal itu adalah anggapan yang bertolak belakang dengan firman Allah,“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(Ali Imran:169-170).

Ayat di atas secara tegas membantah perkiraansebagian manusia bahwa orang yang berjihad di jalan Allah mati. Kenyataan ini membktikan bahwa sebenarnya kejiwaan seseorang yang merasa takut akan mati membimbing pola piker dan perasaannya kepada prasangka yang tidak berdasar. Hal ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa kematiandi jalan Allah bukianlah kematian sesungguhnya, bahkan ia adalah sebuah peralihan kehidupan yang lebih baik. Kalau kesadaran hati seperti ini tercipta dan terpatri dalam jiwa maka tidaka ada rasa ragu untuk berkorban di jalan Allah. Tidak ada rasa pelit untuk menginfakkan harta benda, tidak ada rasa malas untuk beribadah. Sebaliknya orang yang masih ragu terhadap kehidupansetelah matai, atau orang yang berprasanfgka bahwa mati di jalan Allah mataisesungguhnya, maka sikap dan kejiwaannya secara sprirtual terganggu, dan pada sisi lain, kematangan pada aspek religi makin menjauh dari kehidupannya. Dan pada akhirnya ia akan terjebak kepada cinta dunai dan takut mati.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Mati untuk hidup”

Reader Community

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra