28 Oktober 2007

Menyambut Kematian

Menyambut Kematian

Oleh :Riwayat

Sepanjang pengetahuan saya, hamper semua orang merasa ngeri dan takut dengan mati, senyum pun tersembunyi, tidak tergambar sebuah senyuim manis di saat sekaratul maut, entah kenapa ketika kita ingin hidup tetapi kita tidak ingin mati, padahal setiap ada kehidupan pasti ada kematian yang tidak akan pernah mati hanyalah Tuhan, meskipun Nietze bilang Tuhan mati, tetapi sebenarnay Tuhan tidak akan pernah mati, mungkin saja Nietze juga takut mati, dan Karen takut mati itulah ia coba menghibur dirinya. Percaya atau tidak yang pasti semua kita juga takut matai, kematian yang selalu mengintai kita, siap tidak siap kematian datang tanpa di undang.

Apabila kematian datang tiada tawa, tiada senyum, tiada senda gurau, tidfak ada lelucon, tidak ada SMS lucu, tidak ada pelawak yang datang lalu membuat lelucon di rumah duka , semua dalam lara, semua merasa dalam suasana yang sama yaitu merasa ikut sedih, rasa bela sungkawa, ikut memperlihatkan wajah duka.

Tangis, ratap terkadang mewarnai rumah duka.

Itulah kenyataan yangsering kita lihat setiap ada kematian, kematian yang selalu datang tepat waktu, tanpa perlu di tunggu, ia datang tanpa di undang pergi tanpa permisi, yah itulah mati, datang dan pergi tidak ada yang mampu membuatnya berhenti.

Tangisan anak, cucu, kerabat, saudara, istri, suami dan teman sejawat pun tidak mampu menghentikan malaikat maut untuk tidak mencabut nyawa orangyang kita sayangi, tangisan, raungan suap, uang pun tidak ada guna., uang yang bermilyaran dolar pun tidak mampu kita gunakan untuk menyogok malaikat maut. Pangkat dan jabatan yang kita banggakan selama ini tidak mampu memberi kontribusi, tidak punya nyali, tidak punya gigi untuk memerintahkan malaikat maut untuk mengurunkan niatnya untuk membawa ruh kita kepada Tuhan Yang Maha Memiliki Ruh.

Semua kitya tinggalkan, harta, benda, uang, jabatan, anak, cucu, gelar akademik kita, apakah itu professor, Doktor, Magister, Sarjana, atapun Diploma tidak tidak mampu membuatsilau dan segamn malaikat maut semua akan di ambil nyawanya tanpa padang title akademik.

Anehnya, semua yang kita punyai tidak mampu menghadang kematian, tetapimasih banyak diantara kita yang terus berlomba mencari harta dunia yangseolah kita hiduo di dunia ini selamanya, kita tidak pernah merasa akan matai, tepai apabila sakit, kita terus merasa takut,ngeri akan mati. Memang aneh itulah manusia, inginnya hidup selamanya di dunia ini.

Gembira, berfoya-foya, berhura-hura tanpa sadar nyawa begitu pasti danjelas akan makin menjauhi kita, dan makin mendekati malaikat maut, tetapi ternayat jiwa kita tidak pernah sadar, tidak pernah merasa takut di saat kitagembira, kita lupaseglanay, kita lupa matiu, tetapi di saat kita sakit, kita sengsara, sakit yang mendera bertubi-tubi, saat itu kita baru ingat, baru sadar ternyata kita begitu rapuh, kita begitu kecil, lemah dan tidak berdaya menghadapi perasaan ngeri kan kematian. Pergantian waktu yang terus berlalu tidak menjadikan kita dewasa dalam kenyataan hidup yang sebenarnya, kehidupan yang penuh rasa damai, keindahan, kenikmatan, yang abadi, malah sebaliknya kita lupakansemua itu hany untuk setitik kebahagiaan semu dunia, kita tidak pernah kecewa ketika kita tinggalkan salat, tetapi kita sangatkecewa kalau kita ketinggalan satu episode sinetron, satu tender besar.

Banyak orang takut mati, tetapi tidak pernah berfikir bagaimana mempersiapkan kematian, bagaimana membuat rasa takut kematian menjadi teman tidur, teman main, teman tempat memperbaikidiri, menasehati diri. Kematian adalah teman sejati yang kan selalu mendekati kita dimana kita berada , kemtaiamn begitu setia menunggui kita, bagaimanapun keadaan kita, apakah kita dalam keadaan kaya, miskin, ganteng, gagah, kurus, gemuk, susah, sedih, gembira, bahagia, malam siang, suasana dingin, suasana panasa, dalam berbuatbaik, dalam berbuat buruk, pokoknya papun keadaan kita,di mana pun kita kematian selalu setia menunggu.

Siapa sih yang ingin cepat mati? Siapa sih yang mau mati dalam kemaksiatn, sipaa sih yang ingin mati dalam keadaan berzina, siapa sih, yang ingin mati dalam keadaan selingkuh, siapa sih, yang ingin mati dalam keadaan kolusi, siapa sih, yang ingin mati dalam keadaan sedang menyuap, siapa sih yang ingin mati dalam keadaan mabuk, siapa sih yang ingin mati dalam keadaan menipu orang, siap sih, yang ingin mati dalam keadaan sedang korupsi, siapa sih yang ingin matidalam keadaan sedang mabuk, siapa sih yang ingin mati dalam keadaan sedang berjudi? Kalau kita tanyakan kepada semua orang, pasti jawabannya akan sama ,”tidak ingin mati seperti itu”.

Sebliknya, siapai sih yang ingin mati dalam keadaan beriman, siapa sih yang ingin mati dalam keadaan beramal saleh, siapa sih yang ingin mati dalam keadaan salat, siapa sih yang ingin mati dalam keadaan sedang puasa, siapa sih yang ingin mati dalam keadaan sedang membaca Al-Quran, siapasih yang ingin mati dalam keadaan sedang membantu orang miskin, siapa sih yang ingin matai dalam keadaan sedang memberi makan anak-anak yatim? Siapa sih yang ingin mati dalam keadaan sedang mewakafkan tanahnya untuk membangun masjid, musholla, atau pun madrasah?

Kalau pertanyaan di atas kita tanyakan kepada semua orang pasti merek akan menjawab,”Ingin mati seperti itu”. Itulah manusia, ia akan selalu ingin yang baik-baik saja, tidak ingin susah, tidak ingin sengsara, etapi terkadang perbuatannya dalam keseharian sangat bertentangan dengan harapan terdalam dari hati nuraninya. Hati nuraninya ingin mati dalam keadaan baik-baik, dalam keadaan sedang beramal saleh, etapi perbuatannya sangat jauh dari harapan hati nuraninya, keinginannya untuk senang di dunia lebih besar daripada keinginan untuk hidup bahagia di akherat, nafsu duniawi lebih berkuasa dibanding dengan kehidupan akherat.

Dua sudut paradoksal manusia, disatu sisi ingin mati dalam keadaan tenang,dandipiohak lain kehidupannya mencerminkan kalau ia ingin mati dalam keadaan jelek. Itulah gambaran kejiwaan manusia, manusia yang tidaktahu dirinya tidak tahu untuk apa hidup, untuk apa mengarungi samudera kehidupan dunia ini. Berbagai peristiwa, kejadian tentang kematian belum membuatnya sadar betapa tidak berharganya dunia ini, betap[a menipunya dunia ini. Harta yang kitacari tidak pernah menolonmg kita ketika kitasedang sakaratul maut, semua tidak adapat membantu di saat malaikat maut datang mengambilsatu-satunya nyawa yang kita miliki.

Seharusnya kejadian itu membuat kita sadar dan merenungi ternyata mati adalah kepastian darai Tuhan, kepastian yang penuh misteri, kematian yang tidak kenal kompromi, sebuah perenungan yang akan membawa kita pada posisi jjiwa yang tenang, jiwa yang senang dengan datangnya kematian, jiwa yang siap menjemput maut dengan sukacita, jiwa yang tersenyum melihat malaikat maut datang kepada kita,jiwa yang mampu mengubah pandangan kengerian akan kematian menjadi keindaha dan senyuiman dan kerinduan, serta ingin cepat mati. Dan itu hanya akan kita dapatkan ketika kitamenyadari bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak menakuitkan, tepai sebuah gerbang menuju keabadian, kebahagiaan abadi untuk jiwa yang ridho Ilahi, patuh, banyak amal kesalehan, fakum dari dosa dan penuh sesak dengan amal kebajikan, jiwa-jiwa yang ikhlas berbuat hanya karena Allah.

Ketika kita banyak amal kebaikan, banyak ibadah, banyak puasa sunat banyak membantu orang miskin, anak yatim berwakaf, dan menghabiskan harta di jalan Allah, maka kematian menajdi sesuati kerinduan, kematian akan dihadapi dengan senyuman, dan mengatakan selamat datang kematian. Dimana pun kapan pun kita telah siap untuk menghadapa Allah.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Menyambut Kematian”

Reader Community

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra