28 Oktober 2007

Mengembangkan Bakat dan Potensi Anak

Mengembangkan Bakat dan Potensi Anak

Oleh: Riwayat

Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, maka hanya kedua orang tuanya yang akan berperan dan berpengaruh pada si anak. sebagaimana ungkapan Nabi Saw, bahwa setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya, maka hanya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau seorang Majusi (HR. Bukhari). Jadi setiap anak mempunyai fitrah/potensi bawaan yang menjadikan setiap individu berbeda. Keunikan setiap individu ini hendaknya disadari oleh para pendidik, agar tidak menyuamaratakan dalam proses pembelajaran, karena keunikan inilah perlu setiap pendidik menekankan kepada anak didiknya untuk menjadi diri sendiri. Keunikan ini hendaknya diekplorasi dan disalurkan sesuai bakat dan potensi yang dimilikinya.

Mengekplorasi bakat dan potensi anak perlu bimbingan dan arahan, arahan yang posistif, meluruskan dan membuka bakat terpendam anak. Seperti memberi banyak pengalaman dan pengetahuan tentang kehebatan memanfaatkan potensi, bakat dan minat, di samping itu para pendidik hendaknya terus melakukan pembinaan berkelanjutan, sehingga anak didik mampu menemukan dirinya yang sebenarnya dan mampu memanfaatkan bakat dan minat yang dimiliknya. Pendekatan yang mungkin dapat dilakukan adalah pendekatan kontektual, sebuah pendekatan yang berusaha menolong siswa untuk mencapai keinginan berdasarkan bakat yang dimiliki oleh siswa. Dalam pengaturan diri siswa diharapkan mengambil keputusan-keputusan, alternative-alternative, menentukan pilihan, menganalisis berbagai informasi yang ada, merencanakan, menciptakan dan mencari jalan keluar.

Anak hendaknya menemukan dirinya, siswa hendaknya mengenal dirinya, dengan mengenal diri ia akan tahu kekuatan dirinya. Para sufi mengatakan, Siapa yang kenal dirinya ia akan mengenal Tuhannya, mustahil seseorang akan mengenal Tuhannya sebelum ia sendiri mengenali dirinya sendiri. Dengan mngenal diri, ia akan berusaha berbuat yang terbaik untuk dirinya, kembali kepada fitrah penciptaan, maka ia akan beruntung,”Ali bin Abi Thalib berkata,”Beruntunglah bagi orang yang mau berbuat baik kepada sesama dan mempersiapkan diri untuk menuju tempat kembali (Jati dirinya fitrahnya).” Jadi dalam prinsip kontektual anak hendaknya menyadari diri sendiri, menghubungakan berbagai konsep materi akademik dengan kehidupan sehari-harinya.

Pendidik hendaknya memberi motivasi kepada anak agar menjadi diri sendiri, tidak latah! Dan lebih penting lagi seorang pendidik hendaknya menyadari bahwa semua anak mempunyai keunikan dan kecerdasan sendiri, semua anak mempunyai bakat.

Perlu kiranya kita sebagai pendidik dan siswa untuk merenungi pesan Aidh Al-Qarni dalam buku,”La Tahzan,” mengatakan,Umat manusia dengan pelbagai macam tabiat dan wataknya seperti alam tumbuhan: ada yang manis dan asam, dan ada yang panjang dan pendek. Dan seperti itulah seharusnya umat manusia. Jika anda seperti pisang, anda tak perlu mengubah diri menjadi jambu, sebab harga dan keindahan anda akan tampak jika anda menjadi pisang.”

Sekali lagi jangan latah! Jadilah diri sendiri, kalau kita berusaha meniru orang lain, alangkah hambarnya hidup ini, semua berjalan begitu membosankan, semu terlihat sama, tidak warna-warni, sungguh membosankan. Hilangnya keunikan akan membuat hidup hampa, hambar seperti makan tanpa garam.

Elaine B.J dalam buku,”Contextual Teaching and Learning: what it’s it and what it’s here to stay,” mengatakan,”Seandainya diferensiasi menghilang, maka pikiran dan perasaan kita sama. Musik akan menjadi satu nada, para seniman akan melukis subyek yang sama, para penyair akan menggunakan gambaran yang sama. Kesamaan akan membuat hidup menjadi datar dan gersang.”

Perbedaan bakat dan kemampuan adalah fitrah yang dimiliki oleh semua manusia di bumi ini, adanya bermacam-macam perbedaan menjadikan bumi ini makin indah dan selalu membawa harapan baru, sebuah harapan yang selalu membuat semua orang berdecak kagum, berbagai hasil kreasi, karya dan pemikiran manusia membentuk sebuah penemuan dan peradaban dunia yang mencengangkan. Semua itu bukanlah mustahil, semua itu bukan hanya sekedar mimpi apabila pendidikan benar-benar mampu menjembatani semua bakat dan potensi yang ada pada anak didiknya.

Perbedaan adalah rahmat, rahmat bagi kesejahteraan manusia, karena dengan perbedaan itulah bumi menjadi indah, hidup makin bermakna, semua saling melengkapi, bermacam keahlian, bakat dan minat akan meramaikan sebuah peradaban baru yang penuh dengan daya kreasi yang berjuta varian dan tingkat kualitas maupun kuantitasnya. Keunikan itu akan membawa sebuah harapan apabila tergarap dengan pola dan sistem pendidikan yang mampu memberi ruang gerak bagi berkembangnya sebuah keinginan potensi dan bakat anak. Adanya sebuah kebebasan dalam kreasi dan penyaluran potensi positif akan mendobrak dan mendongkrak kemajuan anak didik dalam perjalanannya menuju pribadi paripurna, pribadi yang matang jasmani dan rohani.

Sebagai makhluk yang mempunyai akal dan potensi, dibekali dengan bakat, bakat itu tidak akan tumbuh kalau tidak ada keinginan untuk membangkitkan dan mendayagunakan. Kreativitas adalah kunci untuk memberi rangsangan kepada diri anak agar mampu melihat kemampuan, bakat dan potensi yang dimilikinya. Keinginan untuk bangkit, berubah dalam diri akan menyumbang sebuah kemajuan, keberhasilan dalam menumbuhkan bakat dari potensi yang sudah Allah sediakan. Ketika kesadaran akan adanya potensi yang diberikan Allah kepada anak tidak di ungkapkan atau tidak diinformasikan, atau bahkan dikebiri dan dimatikan serta ditindih dengan bakat paksaan dari luar atau orang lain, maka nasib anak akan terlunta-lunta bakatnya akan terbenam dalam kegagalan.

Padahal, Allah menciptakan manusia beragam, bakat, dan potensi sehingga dengan perbedaan itu manusia dapat saling melengkapi, dengan potensi yang berbeda manusia dapat bekerjasama, dengan bakat yang tidak sama memberi inspirasi untuk berkolaborasi dalam sebuah wadah untuk mencapai tujuan bersama. Meskipun mempunyai berbagai bakat, potensi yang berbeda tatapi mereka mampu menyatu dalam mengangkat sebuah misi tertentu, misi yang tercipta dari sebuah kebebasan dan kesadaran akan makna perbedaan potensi.

Perbedaan potensi yang diberikan oleh Allah tidak serta merta datang dan timbul tanpa adanya sebuah usaha untuk mengembangakan dan menyalurkan, Allah pun tidak akan merubah bakat dan minat seseorang kalau tidak dirinya sendiri yang ingin merubahnya.”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”(QS. Ar-Ra’du: 11). Allahu Alam.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Mengembangkan Bakat dan Potensi Anak”

Reader Community

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra