28 Oktober 2007

Konsep Amanah Dalam Islam

KONSEP AMANAH DALAM ISLAM

Oleh: Riwayat

Nabi Muhammad Saw. Bersabda,”Yang pertama kali kamu sia-siakan dalam agama kamu adalah amanah,” (HR. Abu Daud). Sepertinya prediksi Nabi Muhammad Saw tersebut mulai kelihatan dalam keseharian kita. Banyak orang yang menganggap amanah sebagai sesuatu hal yang mudah dilanggar dan dikhianati, padahal Allah memberi perhatian besar terhadap pentingnya amanah dalam kehidupan dan keseharain kita. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” (QS. An-Nisa: 75). Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala amanat pada dasarnya adalah perintah Allah Swt. Tetapi kenyataan dalam kehidupan kita amanah menjadi begitu remeh dan dianggap sesuatu hal yang ringan. Melanggar amanah menjadi hal yang biasa di tengah kehidupan. Padahal amanah adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh setiap muslim untuk melaksanakannya. Dalam kitab “Kanzul Umam” di katakan bahwa hendaknya kita menunaikan amanah sesuai dengan keinginan orang yang memberi amanah.

Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari dalam bukunya “Akhlakuna” mengatakan bahwa Amanah adalah sesuatu yang wajib bagi seorang muslim untuk menjaga, melindungi dan menunaikannya, lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa rasa tanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya hendaknya di laksanakan sesuai dengan kehendak Allah Swt.

Konsep amanah dalam Islam mempunyai arti yang luas, tidak hanya bagi para wakil rakyat, presiden, gubernur, bupati, ataupun pemimpin di rumah tangga, tetapi lebih dari itu kita adalah pemegang amanah, kita adalah pemimpin, paling tidak pemimpin untuk diri sendiri. Nabi mengatakan, “setiap kamu adalah pemimpin, akan ditanya tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu, imam adalah pemimpin, akan ditanya tentang kepemimpinannya, suami adalah pemimpin, ia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan pembantu adalah pemimpin dalam mengurus harta majikannya, ia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Jadi setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya,” (HR. Bukhari). Ternyata setiap kita menjadi pemikul amanah, setiap kita akan bertanggung jawab sesuai dengan amanah dan wewenang yang diserahkan kepada kita masing-masing.

Tetapi, bila kita cermati dalam kehidupan sehari-hari masih banyak di antara kita yang mengabaikan amanah, kita menganggap amanah sesuatu yang tidak perlu, sesuatu yang kita anggap biasa, sehingga kalau kita menghianati amanah merasa tidak berdosa dan bersalah kepada orang yang mempercayakan amanah tersebutApa lagi kepada Allah. Salah satu contoh nyata adalah wakil rakyat kita, yang pada awal kampanye menjanjikan kecerahan, harapan dan berbagai kemakmuran kepada rakyat, akan memperhatikan kepentingan rakyat, tetapi janji tinggal janji, semua itu menjadi sebuah mimpi yang tidak pernah terwujud, padahal rakyat memberikan amanah kepadanya dengan harapan kebutuhan dan keluhan mereka dapat disuarakan dan diperhatikan oleh pemerintah. Namun kenyataannya para wakil rakyta hanya memperhatikan diri dan keluarganya sendiri. Rakyat yang sengsara makin sengsara, wakil rakyat memperkaya diri, dan lupa diri.. Mereka menjadi wakil rakyat karena dipilih dan diberi amanah oleh rakyat, kalaupun sekarang mereka berhianat kepada rakyat itu menandakan bahwa mereka belum mampu memegang amanah dari rakyat.

Padahal, amanah adalah bagian terpenting dari pesan Al-Quran, amanah erat kaitannya dengan sifat orang beriman, Allah pun hanya memanggil orang beriman untuk selalu menjaga amanah dan menunaikannya. Dan hanya orang berimanlah yang akan mampu memegang dan bertanggung jawab terhadap amanah tersebut. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui”,(QS. Al-Anfal: 27). Dalam ayat ini Allah mengingatkan akan pentingnya amanah, hingga tidak heran jika Allah mensejajarkan antara penghianatan terhadap amanah-amanah yang diberikan kepada kita sejajar dengan penghianatan kita terhadap aman dari Allah, Rasul-Nya.

Meskipun begitu, masih banyak dikalangan kita yang masih beranggapan bahwa menghianati amanah-amanah yang kecil adalah sesuatu hal yang tidak mengandung dosa, bahkan penghianatan terhadap amanah orang banyak pun kita anggap hal yang wajar dan tanpa ada rasa berdosa. Kalau kita cermati lebih jauh dalam Al-Quran amanah merupakan salah satu dari sifat orang mukmim, jika kita sudah tidak amanah maka akan diragukan keislaman dan kemukminan kita.”Dan orang-orang yang memelihara amanh-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya,” (QS. Al-Mukminun” 8). Bahkan Muhammad Saw mengatakan bahwa tidak ada iman bagi yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi yang tidak salat,” (HR. Muslim).

Orang yang menghianati amanah dibenci oleh Allah,”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berhianat lagi bergelimang dosa,”(QS. An-Nisa” 107). Ayat ini makin memperkuat ayat sebelumnya (QS. Al-Anfal: 27) akan pentingnya memegang amanah, sikap yang bijak untuk mensikapinya adalah berusaha untuk menunaikan amanah sebaik mungkin sesuai dengan pemberi amanah, dalam menunaikan amanah perlu diperhatikan adalah keridhoan Allah dan selalu berdoa kepada-NYa agar mampu memikul amanah tersebut.

Muhammad Saw pun selalu berdoa kepada Allah agar selalu dijauhkan dari sifat khianat, meskipun dalam sejarah kehidupan beliau tidak pernah bohong, apalagi berkhianat, namun beliau tetap memohon kepada Allah agar terhindar dari khianat, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lapar karena lapar itu seburuk-buruknya teman tidur. Dan aku berlindung kepada-Mu dari khianat karena khianat itu seburuk-buruk teman dekat,” (HR. Abu Daud).

Sebaliknya, Muhammad Saw menjamin surga bagi mereka yang amanah,”Tetapkan bagiku enam jaminan dari diri kalian maka aku jamin kalian dengan surga. Jujurlah jika kalian bicara, tepatilah jika kalian berjanji, tunaikan jika kalian diberi amanah, peliharalah kemaluan kalian, tundukkan pandangan kalian, dan tahanlah tangan kalian,” (HR. Ahmad dan Hakim). Hadis ini tentunya sangat tepat jika kita bacakan kepada para wakil rakyat agar selalu ingat akan amanah rakyat yang diwakilinya.

Hadis di atas memberi pelajaran berharga bagi kita semua, ternyata untuk mendapat surga dunia dan akherat tidak dengan naiknya gaji, naiknya tunjangan, tetapi memegang amanah, menepati Janji, jujur dalam berkata, adalah jaminan yang pasti dari Allah dan Rasul-Nya. Sebagai wakil rakyat hendaknya hadis ini sering-sering dibaca dan diendapkan ke dalam lubuk hati agar kejernihan dalam berfikir, bertindak untuk kepentingan rakyat tidak salah langkah dan berkecenderungan mementingkan diri sendiri daripada kepentingan rakyat, bangsa dan Negara. Allahu A’lam

Komentar :

ada 0 komentar ke “Konsep Amanah Dalam Islam”

Reader Community

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra