JENJANG MENUJU KECERDASAN NURANI
Oleh ; Riwayat, S.Pd.I
Mintalah fatwa pada dirimu, mintalah fatwa pada hatimu Wahai Wabishah (bin Ma;bud al-Aswadi). (Nabi mengulanginya tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa tenang dan membuat hati tenang. Dosa adalah sesuatu yang terasa tidak karuan dalam jiwa dan terasa bimbang dalam dada.(HR. Ahmad). Salah satu jenjang menuju kecerdasan nurani adalah adanya kesadaran pada diri seseorang akan adanya kemampuan menentukan suatu pilihan pada diri sendiri tentang berbagai hal dalam kehidupan, kemampuan yang dimaksud adalah mampu merasakan dan mengindahkan hembusan, bisikan dan nasehat hati nurani. Dalam bahasa kenabiannya kita disarankan untuk meminta fatwa pada diri kita, kita dianjurkan meminta nasehat pada hati nurani kita.
Dalam bahasa sufi nurani disebut sebagai kalbu. Kalbu atau hati dikatakan nurani? karena hati adalah modal awal yang diberikan Allah kepada manusia sejak zaman azali, awal penciptaan, dan salah satu fungsinya adalah agar manusia mampu menggunakan sumber kecerdasan hati nurani tersebut sebagai penerang dalam menjalani kehidupan. “Dan jiwa serta penyempurnaannya(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”(QS. Asy-Syams: 7-10).
Nurani berarti cahaya, ketika cahaya tersebut, tidak terhalangi oleh sesuatu maka cahaya tersebut akan memancar ke segala penjuru, karena nurani bersifat cahaya maka untuk menjaganya agar tidak kabur dan suram, hendaknya cahaya tersebut kita hindarkan dari berbagai penghalang, seperti perbuatan maksiat, dosa, mungkar dan berbagai pelanggaran lainnya kepada Allah. Ayat di secara jelas menginformasikan bahwa orang yang menjaga kecerdasan hati nuraninya akan memperoleh keberuntungan, sebaliknya seseorang yang membiarkan kecerdasan hati nuraninya terhalang oleh kotoran maka ia akan mendapatkan kerugian.
Kecerdasan hati nurani pada manusia sangat menentukan baik buruknya sifat dan sikap seseorang dalam memaknai hidupnya, kalau hati nuraninya digunakan dan dijaga dengan baik maka akan baiklah semua perilakunya, akan baiklah akhlaknya, sebaliknya bila hati nurani dibiarkan kering, kusam dan kotor, maka akan kotorlah perbuatannya, perilakuknya, akhlaknya. Ingatlah bahwa dalam dirimu ada segumpal daging yang kalau baik maka seluruh jasadmu/hidupmu akan baik dan kalau daging itu rusak maka seluruh jasadmu/hidupmu akan rusak, daging itu adalah kalbu/hati nurani.(HR. Bukhari). Berapa banyak orang yang mempunyai hati nurani, namun kecerdasan hati nurani tersebut tidak mampu menyelamatkan dirinya dari sifat dan perilaku yang buruk dan amoral. Hati nuraninya telah tercuci dan tergantikan dengan kecerdasan zulmani.
Seseorang menggunjing, memaki, mencuri, merampok, korupsi, penghianat bangsa, mengingkari janji dan perbuatan buruk lainnya adalah bukti nyata dari pengabaian seseorang pada hati nuraninya, ia tidak pernah mendengarkan bisikan hati nuraninya, ia tidak pernah meminta nasehat pada hati nuraninya, ia tidak pernah meminta fatwa pada hati nuraninya. Padahal secara jelas dan tegas Allah dan Rasul-Nya mengatakan bahwa untuk menyikapi berbagai persoalan hidup hendaknya manusia meminta fatwa pada nuraninya, karena pada dasarnya nurani kita adalah cahaya Allah yang ditanamkan dalam diri kita untuk dimanfaatkan sebagai arah dan penasehat pribadi manusia menuju keridaan Allah. Allah memberikan hati nurani agar manusia bekeja dan bertindak sesuai dengan hati nurani atau kata hati.
Di saat hati tenang dan tentram setelah melakukan sesuatu, tidak merasakan ketakutan, tidak takut dilihat orang, maka perasaan tersebut mengindikasikan bahwa perbuatan, sikap dan kerja kita telah sesuai dengan hati nurani, dalam arti kita bekerja dahtidak tentram dan takut perbuatan, sikap dan kerja kitadilaihat orang maka , hal menunjukkan bahwa kita belum mendengarkan hati nurani, belum meminta fatwa dan nasehat hati nurani kita.
Bagaimana cara melatih agar hati nurani kita peka, nurani kita sensitive? Salah satu cara adalah dengan salat, sebagaimana telah kita lakukan dan amalkan dalam salat, kita selalu berdoa kepada Allah, yaitu tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan yang diridhoi oleh Allah, bahkan sebelum doa itu, kita selalu mengucapkan bahwa hanya kepada Allahlah kita menyembah dan hanya kepada Allahlah kita meminta pertolongan, hal ini membuktikan bahwa untuk menempuh jalan yang lurus itu tidak mudah. Jalan yang lurus itu tidak pernah kita dapatkan disaat hati kita kotor penuh dengan dosa, hati dikatakan nurani apabila hati tersebut bersih. Sebaliknya dosa identik dengan kekotoran dan kegelapan, dalam istilah Al-Quran orang yang jahat, berbuat dosa biasanya disebut zhalim, kemudian apa hubungannya dengan hati? Hubungan tersebut ada pada perbuatan jahat yang dapat menyebabkan hati seseorang gelap, bahkan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, mengumpamakan orang yang mempunyai kecerdasan hati nurani adalah semisal orang yang mempunyai cermin, selama cermin itutehindar dari karatan dan kotoran maka dengan cermin itu ia akan mampu melihat segala sesuatu. Sebaliknya bila kaca itu berkarat dan penuh debu dan dibiarkan kotor dan berkarat maka, ia akan menjadi gelap dan akhirnya membuat ia binasa. Nabi bersabda,”Sesungguhnya hati itu berkarat seperti besi yang berkarat.
Menurut Rasulullah tingkat kecerdasan hati nurani ada empat, yaitu, kecerdasan nurani yang bersinar seperti lampu, semua kegelapan hilang, semua menjadi jelas dan tenang dan kecerdasan hati nurani itu adalah milik orang mukmin. Kecerdasan hati yang gelap dan terbalik, hatinya tidak mampu membedakan yang baik dan buruk, baik dianggap buruk, dan yang buruk dianggap baik, perbuatan yang bernilai pahala dianggap dosa, perbuatan yangbernilai dosa dianggap berpahal, singkatnya dalam menghadapi sesuatu selalu terbalik. Dan kecerdasan itu adalah milik orang kafir, yang tidak mampu mendengarkan hati nuraninya. Kecerdasan hati yang tertutup dan terikat oleh tutupnya, itulah kecerdasan hati orang munafik, hidupnya penuh kepura-puraan, tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan, selalu menghianati amanat dan mungkir janji bila berjanji. Selanjutnya kecerdasan hati yang berlapis, dalam hal ini keimanan seseorang masih bercampur dengan sifat munafik, sehingga kecenderungan kecerdasan hati nuraninya selalu labil dan tidak konsisten, saat tertentu ia mendengarkan hati nuraninya, dan waktu lain ia mengabaikan hati nuraninya.
Apabila kecerdasan hati nurani hilang pan kitdalam diri seseorang, maka kecerdasan tersebut berubah menjadi kecerdasan hati zulmani. Karakteristik ari kecerdasan hati zulmani adalah jika ia berbuat jahat, ia tidak merasa bebuat jahat, dan ia biasanya selalu mampu mencari solusi untuk membenarkan perbuatan jahat/buruknya itu, sehingga terlihat seprti baik. Maka apakah orang yang dijadikan setan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik,(sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang Dia kehendaki-Nya, maka janganlah dirimu binasa karena bersedih terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan(QS. Faathir: 8)
Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari maka akan kita temui orang-orang yang mempunyai kecerdasan hati zulmani tersebut, biasanya mereka ini tidak mengindahkan hokum-hukum Allah, mereka yang mempunyai kecerdasan hati zulmani cenderung menuhankan keinginannya sendiri tanpa mengindahkan hokum Allah dan kepentingan manusia. Sebenarnya orang yang kehilangan kecerdasan hati nurani, telah terjebak pada institusi yang didirikan oleh setan, makanya tidak heran kalau mereka ini(yang dihasilkan dari institusi setan ) akan mempunyai kecerdasan hati zulmani, yaitu kecerdasan hati yang gelap, memang sangat wajar kalau ia mempunyai kecerdasan hati zulmani karena ia didik dan digembleng oleh institusi yang didirikan oleh setan. “Dan orang-orang yang kafir/ingkar pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”(QS.Al-Baqarah: 257). Orang-orang yang mempunyai kecerdasan zulmani telah mengabaikan dan mengingkari himbauan dan peringatan Allah, bahwa hendaknya manusia itu benar-benar masuk institusi Islam/agama Islam dengan kaffah/menyeluruh, dan kita juga diberikan informasi yang jelas bahwa seseorang yang masuk institusi yang dilindungi oleh Allah/ berislam secara kaffah, maka Allah akan mengeluarkan seseorang dari kecerdasan hati zhulumani kepada kecerdasan hati nurani/cahaya. Allah pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan(zhulumat) kepada cahaya.(nur),(QS. Al-baqarah: 257).
Tatanan masyarakat dunia hancur akibat orang-orang yang mempunyai kecerdasan hati zhulmani, mereka telah berbuat jahat, akan tetapi ia menganggap perbuatannya itu baik, ketika seseorang telah seperti ini, maka ia telah menapaki jalanan menurun sebagai hamba Allah, derajatnya mendekati titik nadir sebagai makhluk Allah, ia tidak lagi menjadi khalifah di muka bumi, kehidupannya sia-sia, perbuatannya semua sia-sia, an akhirnya ia mengalami kebangkrutan ruhani. Untuk orang seperti ini, Allah menegur keras dalam Al-Quran,”Katakanlah:”Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang oaring-orang yang paling merugi perbuatannya?”Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”(QS. Al-Kahfi: 103-104). Dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa ketika seseorang telahdiciptakan dengan sebaik-baiknya, tetapi ia tidak menggunakannya untuk mengimani, mengabdi dan beramal soleh karena Allah maka, ia termasuk orang yang merugi, dia akan diturunkan derajatnya ke tempat yang paling renadh yaitu neraka. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya(jasmani dan rohani). Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya/sehina-hinanya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh/kebaikan, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. At-Tin: 4-6).
Langkah menuju jenjang kecerdasan ruhani adalah dengan banyak membaca Al-Quran, salat malam, mendalami ilmu agama/berkumpul dengan orang soleh, sering puasa dan banyak berzikir kepada Allah.Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.(QS. Ar-Ra’du: 28). Allahu a’lam bisawwab.**
Komentar :
Posting Komentar