Rasionalisme Nabi Ibrahim
Oleh: Riwayat
(Mhs. Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang)
Perjuangan Nabi Ibramin As dalam mencari pengetahuan dan keyakinan tidak mengenal lelah dan putus asa. Ibrahim berusaha membuktikan dan meyakinkan hatinya, bahwa adanya alam semesta ini pasti ada yang membuat, ada yang memelihara dan menciptakannya. perjuangan Ibrahim dalam mencari dan menemukan jawaban akan misteri alam ini, yaitu Sang Maha Kuasa atas segala yang ada di jagad raya.
Proses pencarian Ibrahim dalam mencari Tuhan tidak lepas dari perkembangan pola piker dan pengetahuan yang dimiliki oleh Ibrahim, pengetahuan Ibrahim langsung melibatkan proses berfikir, proses pencarain akan adanya pencipta alam ini berhubungan dengan pola piker. kaitan yang dimaksud adalah pola piker yang terstruktur, rapi, tertib, logis dan bebas dari tradisi, dogma dan agama pada waktu itu, pola piker yang sungguh-sungguh, mendalam.
Hakekat pengetahuan yang dicoba Ibrahim dalam mencari Tuhan sebenarnya mengambil bentuk empirisme dan rasionalisme. menurut aliran empirisme pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan panca indera, dalam arti pengetahuan didapat dari penyusunan dan pengaturan kesan berbagai macam yang ada di alam ini. sedangkan rasionalisme menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh seseorang dengan perantaraan akal, tetapi dalam hal ini akal masih membutuhkan bantuan panca indera untuk mendapatkan data di alam ini.
dua teori di atas dapat dijadikan pisau analisa pada Ibrahim dalam menemukan Tuhan. Ibrahim mencoba menangkap pesan alam, kemudian diolah menjadi data yang nantinya akan diproses oleh akalnya, kemudian jadilah sebuah kesimpulan yang dianggapnya masuk akal.
Ibrahim mencoba memperkirakan bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah sesuatu yang paling besar di alam ini. ketika ia melihat matahari, Ibrahim berkesimpulan bahwa itu Tuhan, tetapi ketikat matahari tengelam ,Ibrahim menyangkal bahwa tidak mungkin Tuhan tenggelam, akhirnya Ibrahim mencari lagi ketika melihat bulan Ibrahim menganggap bahwa itu Tuhan, tetapi ketika bulan tenggelam, Ibrahim menolak tidak mungkin Tuhan tenggelam. dari berbagai peritiwa yang dialami oleh Ibrahim dapat dipahami bahwa Ibrahim berusaha mencari Tuhan dengan akal, tetapi setiap kesimpulan akalnya selalu gagal dan tidak masuk akal. akhirnya Tuhan kasihan kepada Ibrahim maka diberilah Ibrahim wahyu/hidayah agar Ibrahim mendapatkan kepastian siapa sebenarnya Tuahn Itu, siapa pencipta alam ini yang sesungguhnya.pengetahuan yang diperoleh ibrahim secara coba-coba ternyata sering membenturkan Ibrahim kepada realitas yang membingungkan. ia sering terbentur dengan keterbatasan akalnya.
pada akhir pencarinnya akhirnya Ibrahim mengakui bahwa akal saja tidak cukup untuk mencari kebenaran, kebenaran dari akal hanya kebenaran sementara, sedangkan akal yang mencari kebenaran dan memperoleh tuntunan dan hidayah dari Allah itulah kebenaran yang sebenarnya.
Ibrahim sang pencari Tuhan telah bertemu kepada arti makna akal yang terbatas dalam ketidak terbatasannya, keterbatasannya adalah ternaya akal tidak mampu mencapai kebenaran yang sesungguhnya, yaitu kebenaran Allah Swt. hanya akal yang tunduk kepada wahyu Allah yang akan tidak terbatas, akal akan melalangbuana ke alam raya ini dengan bimbingan Allah.Allahu alam.
Perjuangan Nabi Ibramin As dalam mencari pengetahuan dan keyakinan tidak mengenal lelah dan putus asa. Ibrahim berusaha membuktikan dan meyakinkan hatinya, bahwa adanya alam semesta ini pasti ada yang membuat, ada yang memelihara dan menciptakannya. perjuangan Ibrahim dalam mencari dan menemukan jawaban akan misteri alam ini, yaitu Sang Maha Kuasa atas segala yang ada di jagad raya.
Proses pencarian Ibrahim dalam mencari Tuhan tidak lepas dari perkembangan pola piker dan pengetahuan yang dimiliki oleh Ibrahim, pengetahuan Ibrahim langsung melibatkan proses berfikir, proses pencarain akan adanya pencipta alam ini berhubungan dengan pola piker. kaitan yang dimaksud adalah pola piker yang terstruktur, rapi, tertib, logis dan bebas dari tradisi, dogma dan agama pada waktu itu, pola piker yang sungguh-sungguh, mendalam.
Hakekat pengetahuan yang dicoba Ibrahim dalam mencari Tuhan sebenarnya mengambil bentuk empirisme dan rasionalisme. menurut aliran empirisme pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan panca indera, dalam arti pengetahuan didapat dari penyusunan dan pengaturan kesan berbagai macam yang ada di alam ini. sedangkan rasionalisme menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh seseorang dengan perantaraan akal, tetapi dalam hal ini akal masih membutuhkan bantuan panca indera untuk mendapatkan data di alam ini.
dua teori di atas dapat dijadikan pisau analisa pada Ibrahim dalam menemukan Tuhan. Ibrahim mencoba menangkap pesan alam, kemudian diolah menjadi data yang nantinya akan diproses oleh akalnya, kemudian jadilah sebuah kesimpulan yang dianggapnya masuk akal.
Ibrahim mencoba memperkirakan bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah sesuatu yang paling besar di alam ini. ketika ia melihat matahari, Ibrahim berkesimpulan bahwa itu Tuhan, tetapi ketikat matahari tengelam ,Ibrahim menyangkal bahwa tidak mungkin Tuhan tenggelam, akhirnya Ibrahim mencari lagi ketika melihat bulan Ibrahim menganggap bahwa itu Tuhan, tetapi ketika bulan tenggelam, Ibrahim menolak tidak mungkin Tuhan tenggelam. dari berbagai peritiwa yang dialami oleh Ibrahim dapat dipahami bahwa Ibrahim berusaha mencari Tuhan dengan akal, tetapi setiap kesimpulan akalnya selalu gagal dan tidak masuk akal. akhirnya Tuhan kasihan kepada Ibrahim maka diberilah Ibrahim wahyu/hidayah agar Ibrahim mendapatkan kepastian siapa sebenarnya Tuahn Itu, siapa pencipta alam ini yang sesungguhnya.pengetahuan yang diperoleh ibrahim secara coba-coba ternyata sering membenturkan Ibrahim kepada realitas yang membingungkan. ia sering terbentur dengan keterbatasan akalnya.
pada akhir pencarinnya akhirnya Ibrahim mengakui bahwa akal saja tidak cukup untuk mencari kebenaran, kebenaran dari akal hanya kebenaran sementara, sedangkan akal yang mencari kebenaran dan memperoleh tuntunan dan hidayah dari Allah itulah kebenaran yang sebenarnya.
Ibrahim sang pencari Tuhan telah bertemu kepada arti makna akal yang terbatas dalam ketidak terbatasannya, keterbatasannya adalah ternaya akal tidak mampu mencapai kebenaran yang sesungguhnya, yaitu kebenaran Allah Swt. hanya akal yang tunduk kepada wahyu Allah yang akan tidak terbatas, akal akan melalangbuana ke alam raya ini dengan bimbingan Allah.Allahu alam.
Komentar :
Posting Komentar