Oleh: Riwayat
(Mhs. Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang)
Hasan al-Banna lahir di kota Mahmudiyah dekat kota Iskandariah pada tahun 1906 M dan meningal pada 12 Februari 1949 M, Ia dibunuh oleh polisi rahasia Mesir pimpinan Ibrahim Abdul al-Hadi. Mempunyai Nama lengkap hasan al-banna al-imam al-Syahid Hasan bin Ahmad abdul al-Rahman al-Bana. [1] hasan al-banna berasal dari keluarga agamis, terhormat, berpendidikan, kaya tetapi tidak menjadikan Hasan al-Banna lupa diri. Latar belakang keluarga yang agamis dan terdidik mempeunyai pengaruh besar kepada kepribadain hasan al-banna di kemudian hari. Di sisi lain, kondisi umat Islam yang menyedihkan, penguasa diktator dan zalim, pendidikan tidak mendukung berkembangnya fitrah kemanusiaan, pendidikan hanya sebatas formalitas tanpa unsur keislamannya. Di tambah lagi pemerintah bertindak refresif terhadap kegiatan keislaman.
Meskipun dalam keadaan demikian, Hasan al-Banna tetap mendapat pendidikan dari orang tuanya, Hasan al-banna tetap hidpu dalam koridor keislaman berkata dukungan dan pola pendidikan yang dilakukan oleh ayahnya di rumah, berbagai dispilin ilmu telah dikuasai oleh Hasan al-Banna. Pada usia 16 tahun Hasan al-Banna telah menjadi anggota sufi yaitu tasauf Hassafiyah dan sekaligus melanjtkan pendidikan ke Propinsi al-Bukhairah Mesir.
Pendidikan dan Karya Hasan al-Banna
Hasan al-Banna mendapat pendidikan di sekolah dan dalam keluarga, sehingga kemampuan di bidang intelektual terasah. Pendidikan dalam keluarga mempeunyai pengaruh besar terhadap pola pikir dan intelektualitas Hasan al-Banna di kemudian hari.
Di antara jenjang pendidikan formal yang ditempuhnya adalah:
1. Madrasah Diniyah al-Rasyad, di sekolah ini Hasan al-Banna mendapat bimbingan dari gurunya yang bernama Syekh Muhammad Zahran.[2] Syekh Muhammad Zahran mengajarkan dan mendidik Hasan al-banna untuk menguasai hadis nabi denga target awal pembelajaran adalah hafal dan sekaligus memahami. Di samping belajar hadis, Hasan al-Banna juga belajar qawaid dan materi pelajaran lainnya.
2. Madrasah Idadiyah
3. Madrasah al-Muallimin al-Awwaliyah di Damhur.
4. Darul Ulum Mesir pada tahun 1923 M.
Ketika belajar di Darul Ulum Hasan al-Banna berusia 16 tahun, dan pada usia 21 tahun Hasan al-Banna telah menyelesaikan studinya di Darul Ulum.[3] Ketika di mesir Hasan al-Banna sering berkunjung ke berbagai toko buku yang membaca majalah al-Manar yang di pimpin oleh Rasyid Ridha. Pemikiran-pemikiran Rasyid Ridha banyak mempengaruhi pola pikir hasan al-Banna di kemudian hari.
Pada usia 21 tahun Hasan al-Banna diangkat menjadi guru di Madrasah Ibtidaiyah di ismailiyah terusan Suez. Di asa ia melihat dominasi asing terhadap para pribumi. Melihat dominasi asing di negerinya sendiri mendorong Hasan al-Banna mendirikan organisasi Ikhwanul al- Muslimin. Adanya organiasai ini menjadikan Hasan al-Banna makin di kenal di kalangan umat islam Mesir. Umat islam bayak yang masuk organisasi tersebut.[4] Dari uraian d atasdapat dipahami bahwa Hasan al-Banna mulai menyadari bahwa untuk merubah suatu keadaan memerlukan alat da media, dan peluang inilah yang di tangakp oleh Hasan al-Banna. Pada waktu pemereitah tidak ambil peduli terhadap pendidikan umat islam, kesejahtreaan sosial, dan kemasyarakatan, Hasan al-Banna muncul dengan organisasi yang bergerak dibidang pendidikan, sosial, perpolitikan dan kemasyarakat. Masyarakat yang telah alam mendapatkan perlakuan tidak adil dari para penguasa dan dominasi asing menjadi tertarik dan simpati pada organisasi yang didirikan oleh Hasan al-Banna.Hasan al-Banna mempunyai sifat sopan, baik, rendah hati sderhana, jujur, zuhud teguh pendirian , sehinga masyarakat Mesir makin terkagum terhadapnya.[5]
Karya terbesar Hasan al-Banna adalah mendirikan organisasi Ikhwan al-Muslimin, organisasi tersebut didirikan bertujuan untuk mengembalikan umat Islam kepada ajaran al-Quran dan sunah, karena pada waktu itu masyarakat Mesir banyak yang telah sekuler dan berkiblat kepada budaya barat. Kegelisaha inilah yang mendorong Hasan al-Banna mendirikan Ikhwan al-Muslimin.
Pemikiran Pendidikan Hasan al-Banna
Sebagai seorang akademisi Hasan al-Banna merasa prihatin melihat keadaan masyarakat Islam pada waktu itu, Hasan al-Banna melihat bahwa pemerintah pada waktu itu tidak dapat algi diharapkan, karena para penguasa Mesir telah tunduk kepada budaya Barat.menurut hasan al-banna untuk merubah pola pikir masyarakat Mesir perlu adanya pendidikan yang mempunyai dasar yang kuat, ketiga dasar pendidikan yang kuat tersebut adalah:
- Iman yang paripurna.
- Cinta yang tangguh, persatuan hati dan kepaduan ruhani.
- Dibina untuk berkorban kepada Allah dengan jiwa dan hartanya.[6]
Kutipan di atas, mengindikasikan bahwa arah pendidikan yang akan dilakuan oleh Hasan al-Banna kepribadianyang tangguh dan berima kuat kepada Allah swt. Pondasi awal dan tama yanga dianjurkan oleh Hasan al-Banna dalam pendidikan adalah apek keimanan, dengan harapan keimanan kuat memberikan dampak positfi terhadap perkembangan intelektual siswa. Hasan al-Banna sangat perhatian terhadapakhlak aak didik, hal ini dapat dicermati dari pondasi dasar pendidikan tersebut. Terakhirnya pendidikan yang berpondasi kepada aspek doktrin kerelaan untuk berkorban hanya kepada Allah dipandanag oleh hasan al-Banna sebagai seuatu yang efektif dalam menjalankan isi dakwah Islam. Menurut Hasan al-Banna tujun pendidikan dapat dibagi dua, secara umum dan secara khusus. Secara umu tujuan pedidikan adalah:
- Membangunkan kesadaran ruhani Imani.
- Membina Individu Muslim secara Integral dalam segala aspek kehidupan, baik dari sisi jasa, akal, ruhani,amaupun kejiwaan.
- Membentuk keluarga Muslim atas dasar tarbiyah.
- mewujudkan masyarakat Muslim yang terbina dan merepakan manha islam dalam kehidupanya.
- menghidupkan kembali khilafah islamiyah yang telah lama lenyap.
- mengembalikan eksistensi umat Islam internasional agar menadi umat terbaik.[7]
Sedangkan secara khusus tujuan Pendidikan adalah:
- Bersikap aktif dengan sikap berperan serta dalam kehidupan.
- Berkemauan kuat.
- Mempunyai nurani yang memberinya petunjuk ke arah pelaksanaan seluruh kewajibannya terhadap dirinya dan terhadap masyarakat.
- Memiliki kecerdasan yang dibangun di atas pengalaman dalam menjalankan peran-peran kehidupan.
- Selalu dahaga akan ilmu walaupun hanya dalam satu bidang saja.
- Bersikap realistis.
- Kuat dan terhormat.
- berakhlak.[8]
Dari kutipan di atas tergambar bahwa tujuan pendidikan menurut Hasan al-Banna adalah pribadi yang berakhlak mulia, berilmu, ahli, berkepribadian tangguh dan perpihak kepada kepentingan masyarakat. Dalam melaksanakan proses pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu realistis aplikatif, setiap gerakan dan manuver tarbiyah harus terkait dengan mendukung terapainya tujuan besar. Yaitu Allah swt, mengenal fase dakwah unutk menetukanuslub tarbiyah, memperhatikan kaidah-kaidah unshul fiqh, saran perubahan adalah individu muslim.[9]
Metode pendidikan yang digunakan Hasan al-Banna adalah metode keteladanan, teguran, hukuman, cerita-cerita, pembiasaan dan pengalaman-pengalaman konkret.[10]
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan yang dilakukan Hasan al-Banna terfokus kepada pembebasan rakyat mesir darai kebodohan dan keterbelakangan pendidikan, kehidupan sosial, keagamaan dan politik. Hal senada uga diungkapkan oleh Abuddin Nata, bahawa konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Ikhwan al-muslimin pimpinam hasan al-Banna adalah berorientasi perjuangan dalam rangka membebaskan masyarakat mesirdarai keterbelakangan dibidang sosial, budaya, politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan.[11] Degan demikian berbagai metode yang digunakan oleh Hasan al-Banna adalah untuk memperuangakn kepentingan umat Islam mesir dari keterpurukan di segala bidang kehidupan.
[1] Ibid., h.85
[2] Syekh Muhammad Zahran adalah pemilik dari Madrasah Diniyah al-Rasyad.
[3] Ibid., h. 86
[4] Ibid., h. 87
[5] Ibid., h. 86
[6] Jum’ah Amin Abdul Aziz,,Manhajul al-Imam al-bnna:Ats-Tsawaabit wal Mutaghayyirat. Terj. Tate qomaruddin,(
[7] Ibid., h.38
[8] Ibid., h. 45-46
[9] Ibid., h. 47
[10] Abuddin nata, Op.cit.,h.192
[11] .Lo.Cit.
Komentar :
Posting Komentar