Oleh: Riwayat
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS. An-Nahl:78). Dalam ayat tersebut tergambar bahwa untuk memahami alam perlu panca indera, yaitu mata, telinga dan akal.dengan panca indera manusia dapat mengetahui hal-hal yang fisik, sesuatu yang besifat materi. Dengan demikian pandangan bersifat inderawi akan terbatas, keterbatasan tersebut adalah sesuatu yang manusia, karena manusia adalah makhluk yang terbatas. Tetapi dengan keterbatasan tersebut manusia diberi ilmu untuk mengenal dan memahami alam ini dengan penglihatan, pendengaran kemudian diproses dalam hati dan pikiran.
Dalam mengenal alam dan lingkungan sekitar manusia tidak hanya diberi mata, telinga, tetapi juga alat indera yang lain seperti indera penciuman, pengecap, peraba yang kesemua itu akan memberi informasi kepada manusia akan keberadaan alam ini. Tidak itu saja Al-Quran memberi informasi bahwa dalam memahami alam tidak hanya berdasarkan dan bergantung kepada Indera semata, tetapi ada hati yang mampu merasakan keberadaan alam ini sebagai ciptaan Allah.
Meskipun manusia buta, tidak lengkap inderanya, tetapi ia masih mempunyai hati untuk merasakan kebesaran Allah, bahkan hati mempunyai ketajaman dalam merasakan keagungan Allah, perasaan halus hati mampu memecahkan kebuntuan indera dalam menikmati keagungan Allah. Meskipun manusia buta, tuli, namun hatinya tidak akan buta dan tuli. Hal itu akan terjadi ketika manusia masih merasakan kebesaran Allah, keagungan Allah yang dibingkai dengan keimanan.
Sebaliknya, ketika seseorang telah terjebak kepada hal bersifat materi, sehingga membutakan mata hati, membutakan keimanannya kepada Allah, melupakan al-Quran sebagai rujukan, maka mata, telinga, alat perasa, penciuman akan tumpul, bahkan akal pun tidak mampu membuat dan menganalisa sesuatu sehingga yang rasional pun tidak dapat dicernanya, lebih berbahaya lagi adalah kebutaan hati, ketulian hati dan hilangnya kepekaan rasa, hati menjadi mati. “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”(QS. Al-Hajj:46).
Petualangan intelektual/akal manusia di muka bumi merupakan sarana ampuh dalam memahami alam raya, memahami kebesaran Allah. Dengan indera yang dipunyai manusia dapat melakukan berbagai penelitian, dengan akalnya ia dapat membuat sesuatu yang dianggap ilmiah dan rasional.dengan akalnya ia dapat menganalisa berbagai informasi yang diberikan oleh indera mereka. Akal hati akan menjadi bagian tidak terpisahkan ketika seseorang akan memahami alam ciptaan Allah. Setelah akal mempunyai banyak entri informasi dari inderanya yang perilu dilakukan adalah memetakan informasi tersebut dalam wadah keilmuan dan keimanan.
Bingkai keilmuan dan keimanan tersebut merujuk kepada sumber rujukan utama yaitu Al-Quran sebagai kitab wahyu yang memberi rujukan informasi dan klarifikasiatas berbagai entri yang diberikan oleh panca indera. Akal dan hati, iman bertemu dalam dan mendiskusikan berbagai data dan entri yang diberikan panca indera , sebagai pembandingnya adalah wahyu Al-Quran sehingga apa yang telah ditemukan oleh panca indera dapat dipahami sebagai bagian tidak terpisahkan dengan wahyu.
Ketika manusia tidak menggunakan akal, hati dan inderanya untuk mengenal Allah, tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, akal dan hati tidak digunakan untuk membaca al-Quran yang tertulis dan ayat Allah yang tercipta maka manusia akan terbenam dalam lumpur kehinaan didunia dan akherat.
Jahannam adalah tempat yang pantas bagi mereka yang enggan menggunakan akal, hati, mata,telinga, dan semua inderanya untuk mengenal Allah maka akan terjerumus dalam kubangan kesedihan, kegelisahan, kebuntuan hidup di dunia dan akherat. Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.(QS. Al-A’raf:179)
Al-Quran memberi semacam motivasi kepada manusia untuk menggunakan panca inderanya dalam menemukan kebenaran, kebesaran Allah di alam raya ini. Dengan panca indera manusia akan terbimbing dan terbiasa untuk merasakan akan keagungan Allah, akal dan hatinya akan memberi respon positif terhadap berbagai informasi mengenai alam raya ini. Respon positif tersebut timbul dari hati dan akal yang terbimbing oleh wahyu Al-Quran, al-Quran akan membimbingnya menuju cahaya kebenaran, kebenaran hakiki, kebenaran universal yang tidak dapat dicari dengan akal manusia saja. Maka al-Quran sebagai wahyu Allah memberi petunjuk kepada manusia agar menggunakan akalnya untuk merasakan kebesaran Allah didunia. “Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Al-Ankabut:20).
Penglihatan manusia yang dibarengi dengan penalaran akan menjadi ilmu yang besar bagi manusia untuk mengernal alam raya sebagai ciptaan Allah. Penglihatan dengan analisa akan menjadi sebuah ilmu bagi manusia, menjadi ilmu karena merupakan sebuah pengalaman baru dan belum banyak yang diketahui sebelumnya. Tidak heran jika orang bijak memberi nasehat agar manusia berguru kepada alam, alam terkembang menjadi guru, pengalaman adalah guru terbaik, membaca alam dan membaca buku maupun Al-Quran juga merupakan amal baik dan bernilai ilmu pahala bagi pelakunya.
Ketika Qabil kebingungan untuk mengubur saudaranya yang telah dibunuhnya, maka dengan kasihnya Allah mengutus burung gagak untuk memberi pelajaran kepada Qabil bagaimana cara menguburkan saudaranya. Fakta sejarah ini membuktikan bahwa fenomena alam, kejadian di alam ini adalah guru yang terbaik jika manusia mengetahui. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.(QS. Al-Maidah:31).
Dapat dipahami dari tersebut bahwa manusia banyak mengambil pelajaran dari alam, ketidaktahuan manusia adalah ketika tidak mengambil pelajaran dari alam dan semau kejadian yang pernah di alami oleh orang lain dan dirinya sendiri. Kejadian apapun di alam ini selalu mengandung pelajaran, semua memberi bermanfaat bagi manusia yang berfikir. Allahu Alam.
Komentar :
Posting Komentar