28 Mei 2008

Saatnya (Kembali) Berubah

Prof Dr H Fashbir Noor Sidin, SE, MSP

Guru Besar Pembangunan Ekonomi Perkotaan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang

Islam Intelektual-Berbagai bencana dan krisis menerpa kita. Bahkan, krisis energi dan pangan semakin menghantui.

Keadaan ini sudah melanda berbagai negara di seluruh dunia sebagai gejala global. Krisis tidak hanya dirasakan negara berkembang, tetapi juga negara maju. Krisis terhadap pemerintahan memperburuk keadaan karena pemerintah dianggap telah gagal sebagai ratu adil dan dewa penyelamat.

Sistem ekonomi dunia yang berdasarkan mekanisme pasar telah membuat krisis menjalar antar negara meliputi berbagai sektor. Pemerintah berusaha mengatasinya, tetapi tidak kuasa melawan spekulasi sebagai akibat dari liberalisasi ekonomi. Keadaan ini diperburuk oleh kemiskinan yang menuntut belas kasihan pemerintah, tetapi tidak mau terlibat dalam penyelesaian masalah.

Krisis energi
Krisis energi sangat dirasakan sejak setahun yang lalu karena dipicu kenaikan harga. Krisis ini sebagai akibat dari masalah produksi dan distribusi yang diperburuk oleh berbagai bencana. Krisis juga sebagai akibat dari perilaku konsumsi dan kerusakan lingkungan global.

Krisis diperburuk oleh spekulasi karena pengaruh geopolitik dan kemungkinan resesi dalam perekonomian dunia. Upaya untuk mengatasi krisis energi belum sepenuhnya berhasil. Banyak negara telah mengembangkan berbagai energi alternatif seperti biogas dan energi surya.

Pengembangan biogas menyebabkan energi pangan karena peralihan jenis tanaman untuk mendukung program biogas. Energi surya terkendala oleh kemampuan inovasi dan investasi dalam pengembangan teknologi terutama di negara berkembang.

Krisis pangan
Krisis pangan sebagai akibat sampingan dari krisis energi. Krisis pangan juga sebagai akibat perubahan lingkungan yang menyebabkan banjir dan air pasang karena perubahan iklim global. Kegagalan panen dan bencana alam mengganggu produksi dan distribusi. Harga pangan meningkat sebagai akibat pasar yang bergejolak dan mempercepat proses pemiskinan kelompok berpendapatan rendah dan tetap.

Krisis pangan juga terjadi karena permainan spekulan yang menimbun stok untuk memperoleh margin. Pemerintah berupaya mengatasinya dengan melakukan operasi pasar dan memberikan bantuan pangan kepada keluarga miskin. Semakin luas dan dalamnya dimensi kemiskinan menyebabkan keadaan tidak dapat berubah secepat yang diharapkan oleh masyarakat sehingga menganggap pemerintah gagal.

Krisis kemiskinan
Kemiskinan semakin memburuk karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal karena kesadaran tentang hakikat dan dampak kemiskinan sehingga menjadikan kemiskinan sebagai proses kebudayaan. Kemiskinan menjadi bagian dari kehidupan sehingga tidak terdorong untuk keluar dari jerat kemiskinan. Mereka cenderung tertutup dan menolak untuk mengubah perilaku yang menjadi sumber kemiskinan.

Faktor eksternal karena rendahnya kesadaran untuk mengurangi dampak kemiskinan. Masih terlampau banyak dari kalangan yang berpunya kurang peduli dengan nasib orang miskin. Terlalu banyak lembaga yang mengurus kemiskinan menyebabkan kemiskinan makin meluas. Pemerintah tidak fokus mengurus fakir miskin dan anak telantar sesuai Undang-Undang Dasar sehingga menjebak posisinya.

Pemerintah diberi amanah untuk mengelola sumber daya secara efektif dan efisien. Berbagai cara telah diupayakan, antara lain dengan menyusun rencana dan anggaran. Sudah banyak yang hasil dicapai, tetapi tidak sedikit pula yang gagal akibat antara lain karena rendahnya kapasitas aparatur serta dukungan publik. Pemerintah berupaya secara sistematis meningkatkan kapasitas dan mengendalikan penyimpangannya.

Krisis kepercayaan terhadap lembaga pemerintahan karena kegagalan dalam pengembangan kapasitas dan kolaborasi serta komunikasi. Dukungan publik sangat bergantung pada ketiga faktor kepemimpinan tersebut, bahkan menjadi bumerang jika kegagalan tersebut makin terakumulasi. Sektor pendidikan telah gagal dalam mengembangkan mekanisme kerja sama antarpelaku dalam proses pembangunan.

Sekarang saatnya kita (kembali) berubah. Krisis harus menyadarkan kita untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki sistem distribusi. Kita harus mengubah pola konsumsi energi yang boros dan mencari kiat mengatasi pemborosan. Kita harus mengatasi spekulasi dengan memperkuat pemerintahan dalam penegakan hukum dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam membasmi praktik spekulasi.

Peningkatan produksi dikaitkan dengan kemampuan dalam pengolahan hasil minyak bumi. Pemerintah harus menghitung kembali dampak dari kebijakan ekspor minyak mentah dan mengimpor bahan bakar. Peningkatan kemampuan dalam pengolahan akan berakumulasi pada pendapatan nasional sebagai akibat dari peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha terutama pada skala ekonomi lokal.

Penataan distribusi bertujuan mengamankan ketahanan energi. Pemerintah mengerangka kembali pola distribusi untuk mengurangi penyelundupan dan penimbunan. Mata rantai distribusi melalui badan usaha untuk kemudahan dalam pengendalian bukan melalui perseorangan sebagai pengecer. Distribusi untuk sektor industri melalui paket yang diikat oleh kontrak sehingga kelancaran produksi dapat dijamin.

Perubahan pola konsumsi berdasarkan segmentasi pasar. Konsumsi sektor publik harus dijamin melalui kebijakan subsidi, sedangkan sektor privat mengikuti mekanisme pasar.

Pengendalian konsumsi publik melalui pelayanan khusus di SPBU atau kupon subsidi atau kartu cerdas. Perubahan konsumsi sektor privat akibat dari kenaikan harga harus memicu perubahan perilaku untuk mengetatkan pengeluaran.

Penguatan pemerintahan dalam mengatasi spekulan melalui penegakan hukum dan perubahan perilaku aparatur. Spekulasi tumbuh sejalan dengan korupsi dan korupsi serta nepotisme yang melibatkan aparat pemerintah dan pelaku bisnis. Partisipasi masyarakat dalam memberantasnya amat membantu karena kegiatan itu berlangsung di depan mata mereka dengan cara melaporkan kepada pihak berwajib.

Krisis dan bencana telah meningkatkan kemiskinan sehingga mengganggu stabilitas nasional. Keadaan ini dapat diatasi jika semua pihak terlibat dalam proses perubahan. Pemerintah harus merumuskan arah kebijakan dan strategi perubahan yang komprehensif dan terarah serta terkendali dan berkelanjutan. Ini melibatkan semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan secara terpadu.

Banyak orang sudah melakukan perubahan, sebaliknya banyak pula yang menunggu keadaan berubah. Mereka bertahan tanpa pengetahuan tentang hakikat perubahan dan kemungkinan dampaknya. Situasi ini menyebabkan perlambatan dalam proses perubahan. Proses pembelajaran diharapkan mengubah sikap dan perilaku yang peduli terhadap perubahan dan meyakini kerja sama sebagai jalan keluarnya.

Berbagai pengalaman tentang pentingnya kerja sama dalam mengatasi bahkan mengantisipasi dampak perubahan dapat dipelajari dari berbagai cerita sukses. Krisis dan bencana telah mempersatukan karena kesadaran tentang hakikat krisis dan dampaknya. Apakah kita semua sekarang sudah sadar dan mau serta mampu untuk bekerja sama untuk mengatasi krisis. Semuanya tentu terpulang kepada kita.

Ikhtisar:
- Masalah kemiskinan makin kompleks.
- Masyarakat dan pelaku bisnis berperan besar membantu mengatasi kemiskinan.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Saatnya (Kembali) Berubah”

Reader Community

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra