Oleh: Riwayat
Ziaul Haque mengatakan bahwa tujuan dari misi dan revolusi para Nabi revolusioner adalah menyuarakan kebenaran dan membangun masyarakat kebenaran, dalam arti harus terjadi perubahan total atas struktur social lama yang terbagi dalam kelas sosial yang bertentangan. Revolusi yang terinspirasi dari wahyu Tuhan menjadi tonggak dasar gerakan revolusi ini, perjuangan Muhammad saw. menemukan momentumnya ketika formasi social pra-kapitalis dan pra industri, perjuangan Muhammad saw hadir di saat semua realitas kehidupan itu dapat dilihat dari kaca mata religi. Gerakan revolusi atau perubahan yang dibawa oleh Muhammad saw dikemas dalam bingkai keagamaan, yang merealitas dalam bentuk perilaku, pemikiran sensitivitas emosi dan moral, hal ini juga diperkuat oleh penelitian Ziaul Haque, bahwa “perubahan social yang dibawa para nabi Revolusioner, terjadi dalam bingkai keagamaan, katagori pemikiran, bentuk perilaku, serta sensitibvitas emosi dan moral yang kesemuanya dikesankan dan dikondisikan dalam mentalitas dan karakter keagamaan.”
Muhammad saw di utus untuk melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan masyarakat Mekah, Muhammad saw adalah manusia pilihan yang berdiri di jalan kebenaran, keadilan dan egalitas social, membangun masyarakat berdasarkan keimanan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, persaudaraan dan egalitas social. Muhammad saw membawa wahyu Tuhan untuk membebaskan manusia dari kegelapan akhlak moral dan berbagai kesesatan dan kemusrikan di dunia ini.
Muhmmad saw menjadi ikon masyarakat Mekah yang sudah terbuka hatinya untuk menerima kebenaran wahyu Allah, kepribadiannya yang menawan membuat sebagian masyarakat Mekah yang masuk Islam terkesima dan salut terhadap akhlak beliau, meskipun demikian Muhammad Saw tidak pernah merasa bangga dan angkuh terhadap keistimewaan yang ada pada dirinya, Muhammad saw tidak pernah merasa tersanjung bahkan melarang umatnya untuk mengkultuskan dirinya.
Muhammad Saw tidak ingin umatnya terjebak dalam kultus yang menjerumuskan umatnya dalam kemusrikan. Muhammad Saw tidak ingin penganutnya menjadi pemeluk agama yang memandang tokoh pendirinya atau tokoh pembawa agama tersebut, sebab Islam memang tidak didirikan oleh Muhammad Saw, tetapi Islam adalah dari Allah sedangkan Muhammad Saw adalah manusia biasa yang di pilih Allah umtuk membawa dan menyampaikan wahyu kepada manusia.
Meskipun demikian, umat Islam tetap menghormati Nabi Muhammad saw layaknya manusia biasa, tetapi perbedaannya hanya pada keyakinan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah pilihan Allah untuk menyampaikan wahyu, yang terbebas dari dosa(maksum), Muhammad saw sebagai manusia biasa yang menikah, sakit, makan, minum, tidur, dan meninggal, tetapi dibalik kesamaan dalam sifat kemanusiaannya, Muhammad saw tetap manusia pilihan yang punya keistimewaan dibanding manusia lainnya.
Sebagai Nabi terakhir Muhammad terlahir dari keluarga biasa, yang pernah mengembala domba, berdagang, pernah dianiaya, dari keluarga biasa yang menjaga martabat dan disegani karena kepribadiannya, sehingga masyarakat Mekah waktu itu memberi gelar “Al-Amin” terpercaya, kepercayaan inilah yang menjadikan beliau disegani dipercayai untuk menyelesaikan berbagai masalah social yang tidak dapat dipecahkan oleh pemuka masyarakat Mekah kala itu. Bahkan bila ada penduduk Mekah yang ingin bepergian jauh, mereka selalu menitipkan barangnya kepada Muhammad saw.
Tetapi Muhammad saw tidak pernah memanfaatkan harta titipan tersebut untuk kepentingan diri sendiri, meskipun ada kesempatan untuk itu, di sini kelihatan jelas bahwa Muhammad saw benar-benar manusia terpercaya sejati yang tidak pernah terbetik dihatinya untuk berkhianat dan memanfaatkan kesempatan dan kepopulerannya. Meskipun Muhammad Saw dalam kesusahan dan hidup dalam keluarga yatim, tetapi Muhammad tidak pernah berubah untuk konsekuen dalam jalan kebenaran.
Muhammad saw sebagai nabi terkhir memngentaskan manusia dari kegelapan menuju peradaban yang gemilang dan berperikemanusiaan,”yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan kepada cahaya,”(QS. At-Thalaq: 11). Muhammad saw sebagai Nabi revolisioner dihadapkan kepada kondisi masyarakat yang carut-marut, penindasan, perbudakan, kesenjangan social, masyarakat yang berperadaban pagan, penindas dan keji dan tidak berperasaan. Meskipun Muhammad saw hidup dan tinggal dalam masyarakat seperti itu, Ia tidak ikut larut meskipun Beliau juga manusia biasa, inilah salah satu yang membedakannya dengan orang lain, beliau selalu terjaga dari sifat tercela dan dosa.
Ziaul Haque dalam buku,”Revolusi Islam” mengatakan sebagai berikut,”Ia (Muhammad) juga disebut sebagai nabi Revolisuoner pertama pada masa modern, karena dialah yang pertama kali melihat secara jelas pertentangan berkepanjangan antara kebijakan dan kebathilan yang ada dalam formasi social-ekonomi, perjuangan kelas, perlawanan antara kaum tertindas dan penindasan, tertekan dan penekan, budak dan majikan, pekerja tanah dan tuan tanah, dan antara yang kuat dengan yang lemah.” Penjelasan ini makin memperjelas bahwa misi Muhammad saw selain membawa wahyu Allah, juga membawa misi kemanusiaan universal yang bebas dari penindasan dan kezaliman.
Walaupun sebagai Nabi revolusioner, Muhammad saw tidak pernah memaksa manusia untuk mengikuti ajarannya, bahkan beliau termasuk manusia paling sabar di dunia, paling santun di jagad ini, beliau bersifat lembut, santun dan ramah kepada kawan maupun lawan. Tidak pernah ditemukan dalam sejarah hidupnya beliau menggunakan senjata untuk memaksa seseorang masuk agama Islam. Ketika Muhammad saw menaklukkan Mekah, beliau tidak menggunakan senjata, ketika beliau telah secara pasti menang beliau berkata,”Pergilah kalian ke mana saja yang kalian sukai! Kalian tetap hidup bebas!” Islam sangat mendorong umatnya untuk berlaku ramah dan santun serta lembut dalam dalam menyelesaikan masalah.”Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam setiap urusan,”(HR. Bukhari). Dalam hadis lain dikatakan,”Siapa yang tidak diberi kelembutan sungguh telah dihalangi dari mendapatkan kebaikan,”(HR. Muslim).
Dengan ajaran kelembutan dan kasih sayang Muhammad saw sebagai Nabi revolusioner mengangkat derajat perempuan, perempuan disejajarkan setara dengan laki-laki, tetapi pensejajaran ini tidak menghilangkan sifat keperempuanan seorang wanita, sebuah emansipasi benilai keislaman yang melindungi hak-hak perempuan yang menjaga kehormatan dan kemuliannya sebagai seorang perempuan. Emansipasi yang memberi peluang sama bagi para perempuan untuk mencapai ridha Allah, punya kesempatan dan waktu yang sama untuk mendapat pahala dan kemuliaan di sisi Allah.
Para penguasa Mekah, baik saudagar kaya, dan para konglomerat mencibir dan menghina Muhammad yang berasal dari keluarga miskin, gembel, yatim dan buta huruf tampil menjadi seorang manusia pilihan dan mengaku sebagai Nabi Allah. Mereka tidak mempercayai Muhammad sebagai Nabi pilihan Allah, para pemuka Mekah berharap yang menjadi Nabi adalah dari kalangan mereka juga, yaitu dari para pembesar, kongklomerat Mekah, mereka merasa lebih pantas untuk menjadi pilihan karena mereka merasa terhormat kaya dan terpandang dari segi fisik dan harta benda.
Meskipun begitu, Muhammad saw selalu tabah dan sabar, Ia terus menjalankan dakwahnya meski harus dicaci-maki, dihina dan dianggap gila,”Maka tetaplah memberi peringatan(hai Muhammad), dan kamu, dengan nikmat Tuhanmu, bukanlah seorang tukang tenung atau orang gila. Bahkan mereka berkata, Ia adalah seorang penyair yang kami harapankan kecelakaan menimpanya,”(Qs. Ath-Thur:29-30). Ketabahan dan keuletan beliau dalam berdakwah juga dilatarbelakangi akan tugas suci yang beliau pikul, Ziaul Haque mengatakan Nabi revolusioner mempunyai tugas sebagai berikut: Supremasi hukum, pembebasan kaum lemah dan tertindas, membangun komunitas atas dasar egalitas social, cinta kasih, keadilan dan persaudaraan.
Untuk mewujudkan hal di atas, Muhammad Saw berusaha mengambil hati umatnya dengan akhlak yang baik, dan ajaran-ajaran yang disampaikan sesuai dengan tingkat pemahaman dan dapat diterima oleh akal manusia, maka tidak heran jika Allah menerangkan bahwa Muhammad saw sebagai Nabi Revolusioner pembawa rahmat.”Tidaklah kami mengutus engkau(wahai Muhammad), melainkan sebagai rahmat untuk seluruh alam,”(QS. Al-ahzab: 21). Rahmat ini bukan saja dinikmati oleh orang yang percaya kepada beliau tetapi juga bagi mereka yang tidak mempercayainya, Nurcholish Madjid dalam buku,”Pesan-pesan Takwa”, mengatakan,” Maka kalau Muhammad Rasulullah saw itu disebut sebagai rahmat bagi seluruh alam, dengan sendirinya manfaat serta hikmah dari kehadiran beliau tidak hanya dinikmati oleh mereka yang kebetulan percaya kepada beliau, dalam bahasa Al-Quran selalu diindentifikasi sebagai orang-orang yang beriman. Tetapi, diakui atau tidak beliau juga membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.
Revolusi yang dilakukan Nabi Muhammad saw adalah revolusi menyeluruh yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia, beliau berusaha merubah perilaku jahat menjadi perilaku baik, dari pertentangan menuju kesepakatan, dari perbudakan menjadi persaudaraan, dari kecurangan menuju kepercayaan dari kesewenang-wenang menuju keadilan, mengkikis habis penindasan terhadap kaum perempuan dan menyuruh manusia hidup bebas dalam bingkai kepatuhan terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa, mengentaskan manusia dari penghambaan terhadap thogut, budak harta dan nafsu.
Sebuah revolusi tanpa darah, air mata dan nyawa, sebuah revolusi damai, menyejukkan, memberi harapan dan kebahagiaan bagi seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk yang ada di bumi ini. Muhammad saw adalah revolusioner sejati yang membawa manusia kepada jati diri yang memberi arti bagi kemanusiaan dan peradaban dunia. Allahu A’lam*
01 Desember 2007
Muhammad Nabi Revolusioner
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
Komentar :
Posting Komentar