09 Desember 2007

Al-Quran dan Budaya Baca

Oleh: Riwayat

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang. Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam .Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Qs. Al-Alaq:1-5).
Bacalah, itulah firman Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Sebuah perintah bermuatan keilmuan, kenapa dikatakan bermuatan keilmuan, karena pada dasarnya berawal dari aktivitas membaca semua rahasia ilmu akan terbuka, dengan membaca akan membuka pintu gerbang pengetahuan, pengetahuan yang sebelumnya tidak pernah kita ketahui. Membaca menjadi awal dari wahyu ketuhanan, hal ini memberi gambaran dan pemhaman bagi orang yang berfikir, bahwa aktivitas membaca sangat penting di hadapan Tuhan, hal ini dapat kita cermati kenapa Allah menurunkan firmannya tidak dengan kalimat yang lain?, seperti salatlah, atau puasalah, atau bekerjalah, tetapi Allah lebih memilih satu kata, yaitu bacalah. Tentunya aktivitas membaca memberi makna dan manfaat yang dahsyat bagi manusia yang membiasakannya.
Makna yang mungkin akan diterima bagi yang suka membaca adalah kearifan, kebijaksanaan dan keilmuan, tentunya perintah membaca bukan sekedar apa yang tertulis dalam Al-Quran yang telah dibukukan, tetapi dapat juga membaca yang tersirat. Membaca fenomena alam kata orang bijak. Namun yang pasti dengan membaca Al-Quran akan mendapatkan pahala, pahala yang didapatkan dari aktivitas membaca Al-Quran pada dasarnya adalah sebuah daya tarik dan motivasi yang tujuannya adalah agar manusia suka membaca, jadi sebenarnya pahala yang didapatkan dari membaca Al-Quran bukan tujuan utama, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana manusia menumbuhkan dalam diri manusia sebuah kepribadian dan kebiasaan membaca.
Dengan membaca manusia akan banyak mendapatkan banyak ilmu yang telah Allah rancang untuk kebutuhan dan kebahagiaan manusia. Ilmu hanya dapat diperoleh melalui aktivitas membaca, tanpa membaca sebenarnya kita telah memulai pembodohan terhadap diri sendiri, padahal, kita diciptakan Allah secara sempurna, dan yang membedakan kita dengan makhluk lain adalah akal dan pikiran kita, dan pikiran kita akan terbuka dan terpelihara secara kualitas intelektual hanya dengan aktivitas membaca. Tidak heran jika Nabi Muhammad Saw menjamin bahwa orang yang suka membaca tidak akan pikun.”Pembaca Al-Quran tidak akan pikun”.(HR. Ahmad). Yang lebih penting adalah agar umat Islam menjadi umat yang intelek, umat yang berbudaya dan berperadaban ilmiah, menjadi bangsa yang menjujung tinggi budaya keilmuan. Salah satu ciri bangsa yang menjunjung tinggi budaya ilmiah dan keilmuan adalah mempunyai kebiasaan membaca.
Kalau di cermati lebih dalam, perintah membaca di atas bersifat umum, keumuman tersebut dapat diperhatikan dari kata di atas, bacalah, kata bacalah mengindikasikan bahwa perintah membaca bersifat umum karena tidak ada kalimat penjelas berikutnya, umpamanya bacalah Al-Quran, atau bacalah buku ilmiah atau bacalah Koran, tetapi yang Allah katakan hanya kata “bacalah”. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas membaca tidak hanya sekedar membaca Al-Quran, tetapi membaca apa saja yang dapat dibaca.
Meskipun demikian aktivitas membaca Al-Quran hendaknya lebih mendapat prioritas, kenapa membaca Al-Quran lebih mendapatkan prioritas karena dengan membaca Al-Quran manusia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat,”beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.(Qs. Al-Baqarah:185)
Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dalam membaca bacaan yang lain, artinya berawal dari membaca Al-Quran manusia akan mendapatkan berbagai kunci utama dari berbagai pengetahuan yang lebih besar. Tentunya, aktivitas membaca hendaknya dibarengi dengan mengingat nama Allah, dengan mengingat atau mengawali membaca dengan niat ikhlas karena Allah akan membuka jalan bagi manusia untuk memahami berbagai ciptaan, kreasi dan berbagai rahasia tersembunyi yang Allah sediakan. Hal itu akan kita dapatkan tatkala kita tahu dan paham arti serta makna Al-Quran.
Ironisnya, perintah membaca masih sedikit mendapatkan perhatian di kalangan umat Islam, hal ini dapat diperhatikan dari kenyataan sehari-hari di masyarakat muslim, banyak waktu lowong tidak digunakan untuk membaca, budaya kumpul-kumpul dan budaya menonton lebih menonjol dibandingkan dengan budaya membaca, bila dicermati lebih jauh, aktivitas membaca mendapat porsi sedikit dihati umat Islam dapat dilihat di atas angkot, sebagai masyarakat awam, pasti sering melihat aktivitas yang dilakukan oleh para penumpang angkot, bus kota atau angkutan umum lainnya? Sangat jarang dan langka ditemukan penumpang angkot, bus kota, atau bus antar lintas propinsi yang membawa buku untuk dibaca, paling-paling yang terlihat adalah berbicara kesana-kemari yang tidak jelas maknanya, atau terdiam saja, atau ngrumpi dengan teman sebangkunya. Pemandangan berbeda akan kita lihat di belahan dunia lain, jepang misalnya, masyarakat Jepang ketika menunggu bus di halte, atau sedang dalam bus kota tauapun kereta api mereka mengisi waktu luangnya dengan membaca, bahkan di Amerika di kamar mandi/WC ada di sediakan bacaan berupa buku ataupun majalah. Berbeda dengan keadaan negeri kita, budaya baca masih belum menjadi kebutuhan. Membaca di tempat umum akan menjadi aneh dan masih dianggap tabu di negeri ini. Tidak heran jika bangsa ini masih menjadi bangsa penonton. Ironis memang. Tetapi itulah faktanya.
Ironis dan menyedihkan, itulah komentar yang pantas di berikan kepada masyarakat Islam yang enggan membaca. Menyedihkan karena umat Islam tidak mengindahkan firman Allah yang pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu perintah membaca. Dikatakan ironis karena umat Islam bangga dengan kitab sucinya tetapi tidak paham isinya, orang bijak menyindir orang-orang seperti ini ibarat kera yang bangga memakai mahkota tetapi tidak paham dan tahu apa makna dan kegunaaan mahkota itu. Banyak umat Islam bangga dengan Al-Quran tetapi tidak paham dan mengerti isinya.
Bahkan, kalau kita tanyakan kepada para orang tua, pernahkah memberi hadiah ulang tahun anaknya berupa buku? Jawaban yang akan kita dengar adalah tidak pernah. Kalau kita Tanya kepada para mahasiswa, banyak mana koleksi buku dengan koleksi baju? mereka akan menjawab banyak koleksi baju. Seharusnya sebagai mahasiswa calon intelektual. Sewajarnya mereka lebih banyak punya buku dari pada banyak baju, apa artinya banyak baju kalau otaknya selalu memberi respon jawaban tidak tahu, apa arti berbusana modis kalau pikiran picik dan ilmu yang tipis, apa arti menyandang nama besar mahasiswa kalau buku tidak punya, budaya baca tidak ada. Kita bangga dengan gelar akademis tetapi budaya baca sangat tipis, kita bangga dengan koleksi keramik antic dan mewah, tetapi kita banyak lupa berburu buku-buku baru yang penuh dengan ilmu.
Kita menjadi malu kalau tidak mempunyai koleksi perabot rumah, tetapi kita tidak mau tahu terhadap koleksi buku, kita malu kalau tidak mempunyai bangku, tetapi kita tidak pernah malu tidak punya kumpulan buku, kita merasa rugi dan cemas kalau meninggalkan anak tanpa harta benda, tetapi kita tidak pernah berfikir dan tidak merasa cemas kalau anak kita, generasi kita, tidak mewarisi berbagai koleksi buku dari kita.
Allah secara jelas menyatakan bahwa Allah adalah Maha Pemurah bagi yang telah membudayakan baca, yaitu pembaca yang tidak melupakan Allah dalam setiap aktivitas membacanya, dan Allah menyuruh kita untuk membaca dan menuliskannya. Setelah banyak membaca dan mencoba menuangkannya dalam sebuah karya tulis, maka Allah akan memberikan berbagai rahasia ilmu. “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(Qs. Al-Alaq: 4-5)
Akhirnya, perlu kita renungi kembali makna wahyu pertama (Qs.Al-Alaq:1-5) agar kita mampu menjadi manusia yang intelek, bangsa yang maju, bangsa yang terkenal dengan budaya dan peradaban yang tinggi ditingkat intelektual. Terkenal sebagai umat yang banyak membaca, terkenal sebagai umat yang menjunjung tingi budaya baca. Sudah saatnya kita memanfaatkan waktu luang untuk membaca, membaca apa saja. Semboyan tiada hari tanpa membaca. Semoga semboyan itu menjadi milik kita, menjadi nyata dalam kehidupan kita. Dengan banyak membaca akan membuka jendela dunia, wawasan menjadi terbentang luas tanpa batas, menembus ke berbagai penjuru dunia, pikiran kita dapat terbang, berkelana dan berpetualang ke berbagai peradaban masa lalu dan masa kini, meskipun kita di rumah, tetapi kita dapat berdialog dengan para tokoh dunia, baik yang telah meninggal maupun yang masih hidup, dan itu dapat kita lakukan dengan membaca buku. Kita dapat berdialog langsung, bertukar pikiran dengan para tokoh dan para intelektual melalui karya-karya tulis mereka. Untuk itu jadikanlah buku teman sejati, teman di kala sepi dan sendiri, teman yang tidak pernah menyakiti, teman yang selalu memberi motivasi, teman yang selalu menunjuki. Allahu Alam.

Komentar :

ada 1
Hanvitra mengatakan...
pada hari 

Saya sangat setuju dengan pendapat anda. Memang budaya baca di Indonesia sungguh sedemikian parah -meskipun kita tak boleh kecil hati. Sebagai intelektual, tugas kita adalah memberikan pencerahan kepada masyarakat dan kepada bangsa kita. Saya sendiri mencoba mensosialisasikan budaya baca ke teman-teman saya waktu kuliah di UI. Walaupun tidak mudah. Saya juga memahami kegalauan anda melihat generasi muda di negeri ini, budaya baca sedemikian tidak membudaya yang mayoritas muslim ini. Padahal Islam mengajarkan kemajuan dan bukan kebodohan. Namun sayangnya hal ini belum disadari oleh para pengambil kebijakan. Harga buku masih mahal dan belum ada kebijakan yang jelas mengenai tata niaga buku. Buku-buku kaum intelektual dibajak habis-habisan.

Hanvitra, Depok

Reader Community

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra